KudaNil
Betina 12 juli 2013
Sesuatu
itu terlalu kuat menahanku, entah mengapa dia dan dia bahkan selalu dia yang
kuat terasa di diri ini. Bagaimana bisa aku mendiskripsikan apa yang aku rasa
ini. Ini sungguh memalukan saat aku hanya bisa berdiri tanpa alasan membenci
dan mencintai sesuatu yang abstrak. Ingin ku menyalahkan Tuhan karna memberikan
begitu banyak perasaan daripada logika. Aku tidak lagi polos namun bodoh hidup
di abad ini yang masih menuhankan perasaan. Dalam lima waktuku aku selalu
meminta Tuhan berikan aku logika yang lebih dan lebih agar aku bisa lebih
menata hidupku dengan normal seperti manusia manusia lain. Kau beri dia yang
saat ini bersamaku begitu sempurna, namun Kaupun beri kecacatan hati ini untuk
mendambanya. Inikah yang disebut cobaan? Engkau ingin aku bagaimana Tuhan,
beginikah atau menguatkan hati yang sudah kutinggalkan?
Di
dalam kesempurnaannya aku merasa dia sangatlah kurang untukku. Sesombong itukah
aku tidak bisa mensyukuri apa yang Kau beri? Seperti yakin dan tidak yakin aku
menjalaninya, dia terkadang ingin tapi juga tidak bersamaku. Aku mencoba yakini
hati ini, namun ada sesuatu yang tidak dia katakan tapi ia ungkapkan dari
perilakunnya terhadapku, bahwa dia tak ingin memberi hatinya lebih dari ini.
Bagaimana bisa pula aku merasa kuat jika yang aku rasa seperti kemunafikan
bersamanya. Dia selalu perlakukan aku dengan logikanya, semua kebaikan itu
hanya logika untuk status yang lebih dari teman. Apa yang ia cari dari aku,
entah..
Dia
tak pahami betapa banyak aku menggunakan perasaanku, jadi apa yg dia buat aku
anggap sebatas formalitas dan bukan pengorbanan. Hal ini yang membuatku tak
pernah yakin dia akan mengorbankan dirinya untuk sesuatu yang ia sayangi (aku).